Twitter. Sebuah jejaring sosial yang belakang ini sangat populer setelah facebook. Pada awalnya saya sendiri menganggap situs ini nggak penting. Kenapa? Karena saya nggak melihat poin penting dari adanya situs tersebut. Gambaran saya waktu itu, twitter adalah sebuah situs yang ditujukan untuk mereka yang ‘gila-update-status’.. u know. Pengumuman-pengumuman standar yang menyatakan kita sedang melakukan apa dan dimana, protes terhadap cuaca yang panas, dan bahkan makian terhadap hal-hal yang membuat kesal, dan lain sebagainya. Dari situ, saya beranggapan bahwa situs twitter hanya cocok buat mereka yang memang atau berjiwa selebritis. Mereka kan memang terkenal, jadi wajar aja kalau orang-orang ingin tahu update tentang mereka, pikir saya.
Namun perlahan pemahaman saya tentang situs twitter yang tidak ada poin pentingnya mulai luntur. Berawal dari cerita teman saya tentang bagaimana kecanduannya dia dengan twitter. Kata teman saya, dia menjadi bisa lebih update terhadap ‘pekembangan’ terkini teman-temannya (atau istilah dalam twitternya orang-orang yang di-follow). Menurutnya, twitter menjadi ruang interaksi yang lebih efektif ketimbang bertemu langsung. Berdasarkan cerita teman saya tersebut, saya pun mulai tertarik untuk bergabung dalam situs tersebut.
Setelah bergabung di twitter, saya pun merasa tidak bisa lepas dari situs tersebut. Dalam sehari saya bisa berkali-kali membuka situs tersebut, entah untuk sekedar share apapun yang ada di kepala saya, merespon status-status teman, atau bahkan hanya memperhatikan status mereka. Hal tersebut semacam menjadi hal yang menyenangkan untuk saya. Melalui update statusnya, saya bisa sedikit banyak membaca karakter teman-teman saya. Twitter selalu membuat saya penasaran. Namun di sisi lain, ada sebuah pelajaran yang saya tangkap dari habit pengguna twitter, termasuk saya. Mungkin terkadang (tanpa sadar) saya meng-update status yang kiranya kurang penting untuk orang lain. Misalnya: ‘aduuh, perut saya sakit’, atau ‘kapan ya hujan ini berhenti?’.. memang kalo saya lihat lagi status-status tersebut memang tidak penting, namun pada saat mengupdate status tersebut mungkin saya memang sedang mengalami sakit perut yang menganggu sehingga saya perlu men-share, maksudnya hanya sekedar untuk mengeluhkan keadaan saya. Dan itu bisa membuat saya merasa lebih baik.
Well, setiap orang pasti memiliki narasinya masing-masing tentang twitter. Bagaimana mereka mereflesikan diri melalui situs tersebut, bagaimana mereka berkomunikasi dengan teman-teman mereka, bagaimana mereka menyerap informasi-informasi dari profile tertentu yang mereka follow, dan sebagainya. Pada hakikatnya twitter adalah sebuah situs mikroblogging dimana kita bebas untuk share tentang apa pun. Walaupun begitu, menurut saya kita juga tetap harus memperhatikan kenyamanan pengguna lainnya. Mengobral emosi dan keluhan tentu menjadi salah satu hal yang cukup menganggu. Instead, ketika kita share hal-hal positif maka akan berpengaruh positif bagi orang lain juga Juga, bukan?