Friday, March 18, 2011

Kontroversi aplikasi teknologi nuklir di Indonesia dilihat dari aspek sosio-teknologi


Meledaknya reaktor nuklir di Fukushima sebagai dampak dari gempa berskala besar yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret lalu membuat krisis bencana di negara tersebut bertambah parah. Warga yang tinggal di sekitar nuclear plant di Fukushima mendadak panik karena kebocoran mulai terdeteksi sehingga menyebarkan radiasi nuklir di kawasan permukiman yang tidak dapat dicegah lagi. Pengembangan teknologi nuklir memang selalu menghadirkan kontroversi sendiri pada masyarakat dunia. Bencana yang timbul sebagai akibat dari teknologi nuklir di masa yang telah lalu menciptakan ketakutan tersendiri bagi warga dunia. Masifnya daya rusak dan dampak radioaktif nuklir telah melumpuhkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, bencana nuklir juga berdampak pada kematian 56 jiwa dan 600.000 orang lainnya yang terkena radiasi di Chernobyl, Ukraina.


Apa itu nuklir?

Energi nuklir dihasilkan dari perubahan sejumlah massa inti atom ketika berubah menjadi inti atom yang lain dalam reaksi nuklir.1 Mekanisme di dalam inti atom melibatkan berkurangnya sejumlah massa dari inti atom yang diubah menjadi energi nuklir. Ketika inti atom bereaksi atau mengalami pembelahan dan berubah menjadi inti atom yang lain disertai pelepasan sejumlah partikel, sebagian massa inti atom menjadi berkurang yang ditandai dengan pelepasan energi yang besar dari dalam inti berupa panas atau energi kinetik. Dalam setiap mekanisme dimana massa berkurang maka telah terjadi perubahan massa menjadi energi nuklir. Sebagai bayangan, 1 kg massa inti yang mengalami pembelahan dapat menghasilkan energi sebesar puluhan juta kilowatt jam (kWh). Ini sama saja dengan energi yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu 100 W selama 30 ribu tahun.


Picture source: http://www.technologyindonesia.com/news.php?page_mode=detail&id=676

Pemanfaatan nuklir untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Salah satu bentuk pemanfaatan nuklir adalah sebagai energi alternatif yang belakangan banyak dikembangkan sebagai penghasil listrik. Krisis energi fosil dunia menyebabkan sejumlah negara maju mulai berinovasi pada energi alternatif yang efektif untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagai salah satu hal yang esensial dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia sendiri, pemanfaatan teknologi nuklir masih masuk pada tahap perencanaan dimana aplikasinya terhambat oleh banyak faktor, salah satunya faktor sosial. Padahal, jika teknologi nuklir bisa dimanfaatkan untuk PLTN, pasokan listrik akan jauh lebih besar dan merata di banyak wilayah di Indonesia. Dua daerah yang sempat ditunjuk sebagai wilayah untuk mengembangkan PLTN antara lain di kawasan Gn. Muria, Jawa Tengah dan belakangan lebih santer terdengar bahwa pengembangan akan direlokasikan di Propinsi Bangka Belitung sebagai wilayah yang memang kekurangan listrik. Alasan lain yang mendasarkan pemilihan wilayah adalah berdasarkan letak geografis dari Propinsi tersebut. Bangka Belitung dinilai sebagai wilayah yang realif aman dari bencana alam yang berisiko untuk pengembangan nuklir, seperti gempa bumi.

Secara general, berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari PLTN2:

Kelebihan:

  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)

  • Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia

  • Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)

  • Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan

  • Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan

Kekurangan:


Aspek sosial-teknologi pengembangan PLTN di Indonesia

Sejauh ini, pengembangan nuklir untuk PLTN di Indonesia masih 'stuck' pada tahap riset dan uji-coba semata. Salah satu lembaga yang memiliki peran penting adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Misi lembaga ini antara lain adalah untuk melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi dalam mendukung program pembangunan nasional. Pembangunan nasional. Di sinilah letak kata kuncinya. Sebagai konsekuensi dari modernitas, sudah sepantasnya Indonesia untuk pro-aktif terhadap inovasi di bidang teknologi, terutama pada segmen energi alternatif. Revolusi dalam bidang energi bisa berkontribusi banyak pada peningkatan kualitas hidup banyak orang di Indonesia. Dengan begitu, upaya dalam rangka peningkatan economic growth juga bisa diakselerasikan. Listrik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Listrik banyak memudahkan manusia dalam mengerjakan berbagai macam hal, selain itu listrik juga dapat mempercepat arus informasi agar tersebar ke wilayah-wilayah terpencil, misalnya melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Selain itu, pemanfaatan teknologi nuklir juga dapat mengurangi gas emisi dalam jumlah yang signifikan. Hal ini tentu berkontribusi pada kualitas kesehatan penduduk dan kelestarian lingkungan, terutama pada jangka waktu yang kontinu (panjang).

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah Indonesia sudah siap untuk mengembangkan teknologi nuklir? Jawaban dari pertanyaan ini bisa menjadi sangat relatif. Walaupun secara teknis, negara kita sudah punya ahli-ahli yang memadai untuk pengembangan teknologi ini, sejauh ini rencana pembangunan PLTN di Indonesia masih mendapat penolakan dari banyak pihak. Alasan utamanya adalah kekurang-percayaan rakyat pada proyek ini. Memang wajar apabila ketidakpercayaan tersebut muncul. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, Indonesia belum pernah mencapai kondisi yang stabil, terutama dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. Hal ini mengakibatkan kekacauan pada banyak aspek, sehingga ketidak-teraturan sosial sering kali terjadi. Kondisi ini memunculkan mental pesimisme terhadap pemerintah. Di sisi lain, misi untuk mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia perlu komitmen yang sungguh kuat dan kontinu. Dengan kondisi yang tidak ajeg, terutama antara rakyat dengan pemerintah, pengembangan teknologi nuklir akan terus mendapat pertentangan. Jadi, kondisi sosio-politikal yang stabil menjadi hal yang penting sebagai awal untuk menyelaraskan kepentingan bersama. Namun, bukan berarti tidak mungkin proyek ini akan terus dijalankan yang sekaligus membuka kemungkinan untuk revolusi sikap atau attitude bangsa dengan komitmen, integritas, dan juga disiplin yang tinggi sebagai wujud keseriusan dan konsistensi Indonesia dalam mengikuti perkembangan jaman. Who knows.



Bacaan tambahan:

- PEMIKIRAN-ULANG TENTANG NUKLIR (PENDIRI GREEN PEACE PUN PRO NUKLIR). Dapat dilihat di: http://www.batan.go.id/artikel/view_artikel.php?id_artikel=36
- Pemanfaatan PLTN sebagai pembnagkit listrik di Indonesia. Dapat dilihat di: http://students.ee.itb.ac.id/~ikbal04/PLTN.pdf



1Hari, Sapta Bayu. Artikel: Di balik Kedahsyatan Nuklir. Diunduh dari http://netsains.com/2009/04/di-balik-kedahsyatan-energi-nuklir/ (18 Maret 2011)

Tuesday, March 15, 2011

Social Media dan kesadaran kolektif

Internet atau dunia cyber merupakan salah satu media yang belakangan ini sangat efektif dalam penyebaran informasi di seluruh dunia. Melalui internet, informasi dapat diakses secara aktual dan faktual dalam waktu yang relatiff singkat sehingga subjek-subjek yang mengakses media ini dapat tetap stay alert terhadap perkembangan peristiwa atau kejadian tertentu yang menjadi perhatiannya. Masifnya kuantitas individu yang mengakses informasi pada saat yang bersamaan menumbuhkan pemahaman atau kesadaran kolektif. Selain sebagai media untuk mengakses informasi, internet juga merupakan media dimana individu bisa saling berinteraksi di dalamnya. Internet merupakan media yang membebaskan dimana internet bisa menjadi sumber individu atau kelompok bebas, di dalam sebuah dunia egalitarian yang di dalamnya individu tidak dirintangi oleh batas bangsa, kelas, gender, atau properti.1

Salah satu bentuk ruang interaksi yang belakangan menjadi sangat popular dalam dunia cyber. Situs social media yang menjadi sangat populer belakangan ini adalah Facebook dan Twitter. Melalui dua situs tersebut, para pengguna dapat berbagi bermacam-macam informasi, ide, gagasan, atau sekedar pelampiasan emosi terhadap kejadian yang sedang dilalui dalam keseharian mereka. Dalam konteks ini, Facebook dan Twitter menjadi media yang mempercepat arus informasi yang beredar di dalam dunia internet. Masifnya jumlah pengguna Twitter dan Facebook memungkinkan terabsorpsinya informasi yang sama oleh sejumlah besar orang di seluruh dunia. Tidak hanya mengakses informasi, belakangan social media juga berpotensi untuk melahirkan gerakan-gerakan people power. Social media menjadi wadah dimana kesadaran kolektif lahir dari individu-individu yang terlibat di dalamnya. Arus informasi atas current event yang menjadi perhatian banyak orang menjadi trigger dalam pembentukkan kesadaran kolektif (public awareness). Contoh yang paling aktual adalah kejadian gerakan revolusioner yang terjadi di timur tengah. Proses penyadaran atas kediktatoran pemimpin di negara-negara tersebut menyebar seperti virus dan pada akhirnya sekelompok orang turun langsung ke jalanan untuk melakukan demonstrasi terhadap pemerintah. Orang-orang tersebut tergabung dalam sebuah komunitas imajiner dimana mereka memiliki concern dan kepentingan yang sama dalam melawan pemerintahan yang tidak sehat. Selain sebagai trigger bagi munculnya gerakan people power.

Belakangan social media juga belakangan menjadi media yang efektif untuk melakukan kegiatan yang bersifat charity. Kesadaran kolektif atas current event yang terjadi, terutama peristiwa bencana yang berdampak pada krisis humanitarian menumbuhkan empati para pengguna social media melalui informasi yang mereka akses. Melalui social media, pengguna yang satu dengan pengguna yang lain dapat saling menyampaikan pesan atas keprihatinan mereka sehingga muncul kesadaran kolektif sehingga pada akhirnya tercipta sebuah gerakan yang bersifat charity. Masih banyak peran dan fungsi lainnya yang dimiliki oleh social media. Interaksi dalam komunitas imajiner di dalam media internet menjadi bukti bahwa pada era post-industrial, interaksi bersifat instan sebagai konsekuensi dominasi teknologi di kehidupan sehari-hari masyarakat. Dunia cyber memungkinkan terbentuknya nation state imajiner dimana dalam komunitas tersebut individu-individu yang terlibat di dalamnya merepresentasikan terbentuknya ruang publik yang muncul secara baru: terpisah dari kawasan politik dan pemerintahan yang ada, yang di dalamnya peninjauan demokratis dan kritis terhadap semua aspek dunia sosial dapat terjadi.2


1Thwaites, Tony; Llyod Davis & Warwick Mules. Introducing Cultural and Media Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik. 2009. Yogyakarta: Jalasutra

2Ibid

Tuesday, March 08, 2011

don't let these pretty big cats gone away foverer




Sumatran tigers are yet one of the famous categories of wild tigers. Their name is derived from where they’re found most: the island of Sumatra which is part of the republic of Indonesia.
The bad news is that Sumatran tigers are endangered species, with the total population not exceeding five hundreds. This is why the Indonesian government tries to preserve them within national parks (out of fear of them being hunted), and tries to breed them as possible.
Another major reason behind the very small Sumatran tiger population is that their natural habitat was destroyed, whether it is by mining activities, urbanization, etc…
Sumatran tigers are known for their relatively small size compared to other tiger subspecies. Male Sumatran tigers are between 200 to 250 cm in length and weight between 120 and 150 kilograms. Female Sumatran tigers are between 180 to 210 cm in length generally with a weight ranging between 80 and 110 kilograms.
Their small size has helped them become fast runners and as such have less problem hunting for their preys. Their bones structure, especially around the legs and toes makes them also quiet good at swimming.
When it comes to breeding, Sumatran tigers follow the general tiger breeding criteria: they can mate usually at anytime during the year but may sometime be more active during the spring. The female Sumatran tiger goes into a three and a half gestation period before giving birth.
Like cats, small cubs are born with their eyes closed and it takes them around two weeks to open them. They follow a milk only diet during the first couple of month of them being born, and they stay close to their mother who takes real good care of them and protects them from dangers. They may start developing hunting skills (with the help of their mother at first) starting the fifth to sixth month. It might take them a full year before they become well skilled.
When it comes to food, Sumatran tigers are seen to prefer night time prey hunting, when they can use their good senses and the cover of the night in order for them to surprise the preys. They prefer hunting for bears and deers, but they have no problem eating any kind of meat whenever they are hungry.
Despite all the efforts taking place in order to preserve the Sumatran tigers, it is believed that around 60 to 70 tigers were shot dead during the late years of the 90’s. Such a number may look small to the reader, but in fact represents close to fifteen percent of the total Sumatran tiger population.
this article is copied/paste from: http://www.tigerdata.info

please also check this video out. A footage of wild sumateran tiger caught on tape in their natural habitat. Source: youtube