Wednesday, June 15, 2011

Tentang Kebiasaan

Posting ini terinspirasi dari sebuah artikel yang berjudul "Fix Bad Habits: Insights from a 7-Year Obsession" oleh Scott Young yang saya dapat dari sebuah link yang ada di timeline twitter saya beberapa hari yang lalu. Secara garis besar, artikel tersebut memotivasi pembacanya untuk memulai sebuah kebiasaan baru yang dapat dilakukan pada daily basis untuk meningkatkan kualitas hidup kita, seperti mengkonsumsi makanan sehat. Untuk memulai sebuah kebiasaan baru memang merupakan sebuah perjuangan, dalam artikel tersebut sang menulis memberikan panduan untuk dapat melewatinya dengan baik, mulai dari membiasakan diri, membuatnya menjadi rutinitas harian, hingga meluruskan pikiran ketika mulai merasa tidak nyaman dengan kebiasaan baru tersebut.

Habit atau Kebiasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tersebut didefinisikan sebagai : (1) sesuatu yg biasa dikerjakan dsb; (2) Antr pola untuk melakukan tanggapan thd situasi tertentu yg dipelajari oleh seorang individu dan yg dilakukannya secara berulang untuk hal yg sama. Hampir bisa dipastikan bahwa hampir setiap individu di dunia ini memiliki kebiasaan tertentu di kehidupan sehari-harinya, seperti minum 8 gelas air dalam sehari, membaca koran setiap pagi, mendengarkan musik, sampai kebiasaan-kebiasaan negatif seperti mengeluhkan hal-hal kecil atau membuang sampah tidak pada tempatnya. Menurut saya seseorang melakukan kebiasaan tertentu terutama dikarenakan kebiasaan tersebut memberikan efek tertentu dalam kehidupannya .. at least seperti itulah jika berdasarkan pada pengalaman pribadi dan juga observasi saya terhadap orang-orang di sekitar saya. Contohnya, Ibu saya yang membiasakan diri untuk berjalan kaki selama kurang lebih 30 menit setiap pagi. Aktivitas tersebut merupakan sebuah kebiasaan yang beliau lakukan beberapa tahun belakangan untuk menjaga kesehatan. Dari sini bisa dikatakan bahwa kebiasaan lahir berdasarkan kesadaran tertentu, dimana sang subyek merasa aware akan efek yang ditimbulkan jika melakukan kebiasaan tertentu.

Di sisi lain, proses menimang untuk melakukan kebiasaan tertentu juga dapat melahirkan kebiasaan yang tidak baik, mencontek misalnya. Belakangan media massa tidak henti-hentinya membahas tentang mencontek massal yang dilakukan oleh beberapa siswa SD di Jawa Timur. Mencontek memang sudah menjadi permasalahan klasik dalam dunia pendidikan. Tuntutan untuk memenuhi terget nilai tertentu membuat murid, dan bahkan guru menghalalkan segala cara untuk mencapainya, termasuk mencontek. Mencontek bisa menjadi sebuah kebiasaan mengingat siswa merasakan manfaat yang signifikan dari aktivitas tersebut. Dengan mencontek, siswa dapat mendongkrak nilai sehingga dapat memenuhi syarat untuk kelulusan, misalnya. Tetap saja, hal ini tidak bisa dibenarkan. Seorang Sosiolog asal Prancis, Pierre Boerdiau yang mengemukakan sebuah teori fenomenal, Habitus, menyatakan bahwa people perceive and construct their own social world, but without neglecting how perception and construction is constrained by structures. An important dynamic in this relationship is the ability of individual actors to invent and improvise within the structure of their routines1. Kebiasaan mencontek merupakan dampak dari sebuah struktur pendidikan yang 'cacat' dimana hasil lebih diapresiasi ketimbang proses. Dengan demikian, mencontek menjadi pilihan yang dipersepsikan menjadi sebuah tindakan yang 'normal' karena terdesaknya siswa untuk menguasasi sedemikian banyak materi yang diujikan pada satu waktu tertentu. Sebaliknya jika proses dalam pendidikan lebih diapresiasi ketimbang hasil, saya rasa siswa akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dalam lingkup pendidikan yang demokratis sehingga kondisi ini bisa menghasilkan kebiasaan-kebiasaan positif seperti menghasilkan karya dari pemikiran yang kritis, ataupun juga melakukan aktivitas-aktivitas ekstrakulikuler yang dapat membantu menjaga keseimbangan otak. hmmm....

so, apa kebiasaanmu?



P.s: maaf jika tulisan saya ini agak ngalor-ngidul, hehehe



Referensi:

1Contemporary Sociological Theory and Its Classical Roots: The Basics George Ritzer, University of Maryland. Diunduh dari: http://highered.mcgraw-hill.com/sites/007234962x/student_view0/chapter7/chapter_overview.html