Wednesday, July 21, 2010

'how much information is too much?'

hello!

posting saya kali ini disulut oleh sebuah artikel berjudul "Are we informing ourselves into inaction? how much information is too much?" yang saya baca beberapa hari lalu di link ini: Sociology Lens

Inti dari tulisan artikel tersebut adalah bahwa kita berada dalam situasi dimana informasi bukan lagi menjadi sesuatu yang ekslusif, namun berlimpah ruah. Kelimpah ruahan tersebut kemudian menyebabkan kita menjadi buta arah dalam memahami sesuatu secara obyektif.


"Too many choices makes it difficult for us to assimilate all the information, but too few choices would presumably not provide us with as much intellectual stimulation as we might desire."

kita hidup di era informasi, dimana informasi dapat diakses tanpa batas, terutama melalui media massa. Dan apakah jenis media massa yang paling memungkinkan kita untuk mengakses informasi tanpa batas tersebut? pastinya internet.

Saya akan berbagi pengalaman pribadi saya berkaitan dengan hal ini. Bisa dibilang saya lumayan addicted dengan internet. Ada banyak hal yang bisa saya cari lewat internet. Pada saat yang bersamaan, saya bisa browsing website Lonely Planet dan melihat-lihat arsip foto-foto perjalanan di Afrika, di tab kedua saya sedang membuka sebuah website yang menyajikan artikel tentang meditasi, dan di tab ketiga saya blogwalking blog milik orang secara random. Dan begitu seterusnya, saya browsing website demi website tanpa adanya kesinambungan dari informasi yang disajikan. Atau dengan kata lain, saya browsing secara membabi buta, asalkan informasi tersebut menarik hati saya maka akan baca tidak peduli apakah antara informasi yang satu dengan yang lainnya berkaitan atau tidak. Sayangnya, setelah berjam-jam browsing bermacam-macam website dan membaca banyak artikel hanya sedikit saja hal yang nyangkut di otak saya dari sekian banyak hal yang (seharusnya) saya peroleh sebelumnya.

Setelah membaca artikel yang telah saya referensikan sebelumnya, saya pun tersadar bahwa saya merupakan 'korban informasi'. Sama halnya seperti mode yang menghasilkan korban mode, informasi pun dapat menghasilkan korban informasi. Informasi-informasi yang tersaji di internet memang dikemas secara menarik, lengkap dengan 'aksesoris' visual yang memanjakan mata, sehingga 'membaca' di internet lebih menarik ketimbang membaca buku. Oleh sebab itu, secara tidak sadar kita semua terus-menerus mengakses informasi via internet. Misalnya saja, orang-orang lebih memilih untuk membaca berita di internet, selain update-nya luar biasa cepat, berita-berita tersebut juga disajikan dalam paragraf yang ringkas dan sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk membacanya. Berbeda dengan membaca berita di koran yang notabene lebih lambat update-nya karena kita harus menunggu 24 jam kemudian untuk mendapatkan update ataupun kelanjutan dari berita yang disajikan sekarang. Dan setelah saya pikir-pikir, berita-berita yang saya baca di koran cenderung nyangkut lebih lama di otak saya ketimbang berita-berita yang saya baca di internet. Kenapa? karena saya dapat lebih fokus mambaca koran tanpa harus 'tergoda' untuk pindah ke window sebelah untuk melihat website yang sudah selesai loading. Tidak fokus, mungkin hal inilah yang menjadi permasalahan mengapa informasi yang disajikan di internet jarang ada yang nyangkut di otak saya, karena kita terus-menerus tergoda untuk mengakses informasi demi informasi dan pada akhirnya informasi-informasi tersebut hanya lalu saja lewat di otak saya. Apakah anda juga mengalami sindrom mabuk informasi? :D



2 comments:

  1. "menyebabkan kita menjadi buat arah dalam memahami" -> Buta arah? :D

    Sepertinya aku juga agak2 mabuk informasi. Sering tertukar info ini dan itu. Hehehe.

    ReplyDelete
  2. maaf, penulis salah ketik, hehe..

    terima kasih sudah mampir dan berbagi :)

    ReplyDelete