Meledaknya reaktor nuklir di Fukushima sebagai dampak dari gempa berskala besar yang terjadi di Jepang pada tanggal 11 Maret lalu membuat krisis bencana di negara tersebut bertambah parah. Warga yang tinggal di sekitar nuclear plant di Fukushima mendadak panik karena kebocoran mulai terdeteksi sehingga menyebarkan radiasi nuklir di kawasan permukiman yang tidak dapat dicegah lagi. Pengembangan teknologi nuklir memang selalu menghadirkan kontroversi sendiri pada masyarakat dunia. Bencana yang timbul sebagai akibat dari teknologi nuklir di masa yang telah lalu menciptakan ketakutan tersendiri bagi warga dunia. Masifnya daya rusak dan dampak radioaktif nuklir telah melumpuhkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang, bencana nuklir juga berdampak pada kematian 56 jiwa dan 600.000 orang lainnya yang terkena radiasi di Chernobyl, Ukraina.
Apa itu nuklir?
Energi nuklir dihasilkan dari perubahan sejumlah massa inti atom ketika berubah menjadi inti atom yang lain dalam reaksi nuklir.1 Mekanisme di dalam inti atom melibatkan berkurangnya sejumlah massa dari inti atom yang diubah menjadi energi nuklir. Ketika inti atom bereaksi atau mengalami pembelahan dan berubah menjadi inti atom yang lain disertai pelepasan sejumlah partikel, sebagian massa inti atom menjadi berkurang yang ditandai dengan pelepasan energi yang besar dari dalam inti berupa panas atau energi kinetik. Dalam setiap mekanisme dimana massa berkurang maka telah terjadi perubahan massa menjadi energi nuklir. Sebagai bayangan, 1 kg massa inti yang mengalami pembelahan dapat menghasilkan energi sebesar puluhan juta kilowatt jam (kWh). Ini sama saja dengan energi yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu 100 W selama 30 ribu tahun.
Pemanfaatan nuklir untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Salah satu bentuk pemanfaatan nuklir adalah sebagai energi alternatif yang belakangan banyak dikembangkan sebagai penghasil listrik. Krisis energi fosil dunia menyebabkan sejumlah negara maju mulai berinovasi pada energi alternatif yang efektif untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagai salah satu hal yang esensial dalam kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan teknologi nuklir masih masuk pada tahap perencanaan dimana aplikasinya terhambat oleh banyak faktor, salah satunya faktor sosial. Padahal, jika teknologi nuklir bisa dimanfaatkan untuk PLTN, pasokan listrik akan jauh lebih besar dan merata di banyak wilayah di Indonesia. Dua daerah yang sempat ditunjuk sebagai wilayah untuk mengembangkan PLTN antara lain di kawasan Gn. Muria, Jawa Tengah dan belakangan lebih santer terdengar bahwa pengembangan akan direlokasikan di Propinsi Bangka Belitung sebagai wilayah yang memang kekurangan listrik. Alasan lain yang mendasarkan pemilihan wilayah adalah berdasarkan letak geografis dari Propinsi tersebut. Bangka Belitung dinilai sebagai wilayah yang realif aman dari bencana alam yang berisiko untuk pengembangan nuklir, seperti gempa bumi.
Secara general, berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari PLTN2:
Kelebihan:
Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) - gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)
Tidak mencemari udara - tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
Biaya bahan bakar rendah - hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
Ketersedian bahan bakar yang melimpah - sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan
Kekurangan:
Risiko kecelakaan nuklir - kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
Limbah nuklir - limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun
Aspek sosial-teknologi pengembangan PLTN di Indonesia
Sejauh ini, pengembangan nuklir untuk PLTN di Indonesia masih 'stuck' pada tahap riset dan uji-coba semata. Salah satu lembaga yang memiliki peran penting adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Misi lembaga ini antara lain adalah untuk melaksanakan penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi dalam mendukung program pembangunan nasional. Pembangunan nasional. Di sinilah letak kata kuncinya. Sebagai konsekuensi dari modernitas, sudah sepantasnya Indonesia untuk pro-aktif terhadap inovasi di bidang teknologi, terutama pada segmen energi alternatif. Revolusi dalam bidang energi bisa berkontribusi banyak pada peningkatan kualitas hidup banyak orang di Indonesia. Dengan begitu, upaya dalam rangka peningkatan economic growth juga bisa diakselerasikan. Listrik memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Listrik banyak memudahkan manusia dalam mengerjakan berbagai macam hal, selain itu listrik juga dapat mempercepat arus informasi agar tersebar ke wilayah-wilayah terpencil, misalnya melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Selain itu, pemanfaatan teknologi nuklir juga dapat mengurangi gas emisi dalam jumlah yang signifikan. Hal ini tentu berkontribusi pada kualitas kesehatan penduduk dan kelestarian lingkungan, terutama pada jangka waktu yang kontinu (panjang).
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah Indonesia sudah siap untuk mengembangkan teknologi nuklir? Jawaban dari pertanyaan ini bisa menjadi sangat relatif. Walaupun secara teknis, negara kita sudah punya ahli-ahli yang memadai untuk pengembangan teknologi ini, sejauh ini rencana pembangunan PLTN di Indonesia masih mendapat penolakan dari banyak pihak. Alasan utamanya adalah kekurang-percayaan rakyat pada proyek ini. Memang wajar apabila ketidakpercayaan tersebut muncul. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, Indonesia belum pernah mencapai kondisi yang stabil, terutama dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. Hal ini mengakibatkan kekacauan pada banyak aspek, sehingga ketidak-teraturan sosial sering kali terjadi. Kondisi ini memunculkan mental pesimisme terhadap pemerintah. Di sisi lain, misi untuk mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia perlu komitmen yang sungguh kuat dan kontinu. Dengan kondisi yang tidak ajeg, terutama antara rakyat dengan pemerintah, pengembangan teknologi nuklir akan terus mendapat pertentangan. Jadi, kondisi sosio-politikal yang stabil menjadi hal yang penting sebagai awal untuk menyelaraskan kepentingan bersama. Namun, bukan berarti tidak mungkin proyek ini akan terus dijalankan yang sekaligus membuka kemungkinan untuk revolusi sikap atau attitude bangsa dengan komitmen, integritas, dan juga disiplin yang tinggi sebagai wujud keseriusan dan konsistensi Indonesia dalam mengikuti perkembangan jaman. Who knows.
Bacaan tambahan:
- PEMIKIRAN-ULANG TENTANG NUKLIR (PENDIRI GREEN PEACE PUN PRO NUKLIR). Dapat dilihat di: http://www.batan.go.id/artikel/view_artikel.php?id_artikel=36
- Pemanfaatan PLTN sebagai pembnagkit listrik di Indonesia. Dapat dilihat di: http://students.ee.itb.ac.id/~ikbal04/PLTN.pdf
1Hari, Sapta Bayu. Artikel: Di balik Kedahsyatan Nuklir. Diunduh dari http://netsains.com/2009/04/di-balik-kedahsyatan-energi-nuklir/ (18 Maret 2011)